Semburkan Lumpur Campur Belerang Usai Gempa, Begini Kondisi Baby Volcano Grobogan

GROBOGAN, Lingkarjateng.id Semburan Baby Volcano atau Bledug Cangkring di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan pada Sabtu, 23 Maret 2024 berimbas ke empat pekarangan rumah warga serta kawasan objek wisata tersebut tertutup lumpur setebal 15 sentimeter.

Kepala Desa (Kades) Grabagan Eko Setyawan menjelaskan bahwa Baby Volcano itu memuntahkan lumpur itu disebabkan adanya pergerakan atau gempuran di dalam tanah efek gempa di Tuban, Jawa Timur pada Jumat, 22 Maret 2024.

“Kondisi tumpahan lumpur saat itu mencapai ketinggian 50 Centimeter dan mengalir deras seluas dua hektare. Meski demikian, sekitar pukul 21.00 WIB (Jumat, 22 Maret 2024) luapan lumpur tersebut sudah berhenti,” jelas Eko saat dikonfirmasi pada Minggu, 24 Maret 2024.

Eko juga memastikan limpasan lumpur tidak sampai membuat rusak tanaman di areal persawahan dan permukiman. Namun muntahan lumpur sampai di pekarangan empat rumah warga sekitar.

Wisata Baby Volcano Grobogan Semburkan Lumpur Bercampur Belerang

Selain itu usai semburan lumpur Baby Volcano menutupi saluran dan sebagian kawasan obyek wisata dengan ketebalan hingga 15 sentimeter. 

Aroma belerang dari semburan Baby Volcano, kata Eko, tidak berbahaya. Bahkan menurutnya banyak warga yang mengambil lumpur tersebut untuk dimanfaatkan sebagai obat oles penyakit kulit. Namun ia menegaskan, belum ada riset yang menyatakan manfaat lumpur tersebut akan tetapi Masyarakat memang sudah terlanjur mempercayai khasiatnya.

Mboten bahaya kok (tidak berbahaya kok). Dari sejak nenek moyang, lumpur Baby Volcano dijadikan obat penyakit kulit. Manjur dan ini obat alami. Biasanya lumpur cair dimasukkan botol dan dibawa pulang. Pagi ini banyak wisatawan dan warga sekitar yang ambil lumpur tersebut, dan memang tak ada penjelasan medisnya,” jelasnya.

Sebagai informasi, Baby Volcano menyemburkan lumpur pada Sabtu, 23 Maret 2024 sore. Namun letupan tersebut redam setelah satu jam mengeluarkan lumpur. Peristiwa ini justru mengundang rasa penasaran masyarakat ketika mendengar fenomena alam tersebut.

Salah satu masyarakat Grabagan Choirul Niam mengatakan, letupan lumpur terjadi sekitar jam 16.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 17.00 WIB. 

“Letupan lumpur atau masyarakat sini menyebut kurdo sering terjadi ketika ada gempa di wilayah sekitar. Kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa waktu lalu saat gempa melanda Jogja,” katanya.

Menurutnya, lumpur yang keluar dinilai tidak berbahaya ketika mengenai tubuh manusia. Lantaran tidak mengandung uap panas maupun racun. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)

Similar Posts