Entaskan Anak Tidak Sekolah di Grobogan, Disdik Sambangi Siswa Door to Door

GROBOGAN, Lingkarjateng.id Guna menekan angka anak tidak sekolah (ATS), Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Grobogan terus menyambangi rumah siswa secara door to door.

Dari pengentasan anak tidak sekolah yang dilakukan secara door to door tersebut, mendapatkan 113 anak yang mau kembali sekolah. Sedangkan jumlah anak yang masih aktif di sekolah ada 357.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (Kabid PAUD PNF), Sutomo.

“Jadi, jumlah keseluruhan yang masih mau kembali ke sekolah dari door to door mendapatkan 113 anak,” kata Sutomo.

Ia mengatakan, kembalinya anak-anak untuk sekolah didasari keinginan sendiri dan keinginan untuk memiliki ijazah guna mencari kerja. Dari ke-113 anak tersebut, pihaknya telah memetakan dan menyerahkannya ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

“Dari 113 orang yang tidak bersekolah dan mau kembali sekolah, sudah kami petakan dan kami serahkan ke PKBM,” ucapnya.

Ia merincikan, 14 anak masuk ke PKBM Harapan Sambiwayang Kecamatan Karangrayung, 8 anak masuk ke PKBM Trunoyudho Kecamatan Penawangan, dan 9 anak masuk ke SPNF SKB Grobogan Kecamatan Purwodadi.

“18 anak masuk ke PKBM Mekar Sari, 7 anak masuk ke PKBM Harapan Sambiwayang, dan 7 anak masuk ke PKBM As Salam Kecamatan Kedungjati,” jelasnya.

Selanjutnya, 7 anak masuk ke PKBM Al Yahya Nusantara Kecamatan Geyer, 14 anak masuk ke PKBM Baitus Salam Kecamatan Kradenan, 23 anak masuk ke PKBM Manbaul Ulum Kecamatan Ngaringan, dan 5 anak masuk ke PKBM Sinar Mentari Kecamatan Wirosari.

“Kemudian, ada 2 anak masuk ke PKBM Pakis Aji Kecamatan Brati, 4 anak masuk ke PKBM An Naffi Kecamatan Godong, dan 2 anak masuk ke PKBM Basmala Kecamatan Gubug,” sambungnya.

Berdasarkan Dapodik ATS, kata Sutomo, yang terdampak kemiskinan ekstrem di Grobogan ada 898 orang.

“Setelah kami lakukan pendataan ke lapangan secara door to door, karena kami melibatkan guru PAUD yang aktif di desa, mendapatkan hasil bahwa anak tidak mau sekolah, ingin fokus bekerja, dan menikah sebanyak 428 orang,” jelasnya.

Ia menambahkan, sebagian besar anak tidak sekolah karena bekerja, telah menjadi tulang punggung keluarga, malas sekolah, dan terdampak covid-19 yang terlalu lama.

Sementara itu, Sekretaris Disdik Grobogan Wahono mengungkapkan bahwa, butuh kerja sama banyak pihak untuk bisa mengatasi kasus anak tidak sekolah di Grobogan.

Ia mengatakan, berdasarkan data Penanganan Kemiskinan Ekstrem (PKE) terdapat 898 anak tidak sekolah. Namun, kata dia, data tersebut bersifat dinamis.

“Datanya itu bersifat dinamis. Data terakhir yang kami terima dari data kemiskinan ekstrem. Itu pun setelah diverifikasi juga berubah,” kata Wahono.

Wahono menambahkan, guna mengatasi kasus anak tidak sekolah, pihaknya menggandeng PKBM. Pihaknya juga menyarankan anak tidak sekolah untuk melanjutkan belajar ke lembaga pendidikan non formal, bagi yang tidak ingin kembali ke lembaga pendidikan formal. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Koran Lingkar)

Angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Grobogan. (Sumber: Koran Lingkar)

Similar Posts